Rabu, 20 Februari 2008

Analisis Novel Rojak Karya Fira Basuki

Perpaduan Budaya Jawa dan Cina pada Perkawinan Campur
Dalam Novel Rojak Karya Fira Basuki


Perkembangan dunia sastra tidak terlepas dari kiprah para perempuan penulis. Pada jaman dahulu dunia sastra didominasi oleh penulis laki-laki. Lambat laun para perempuan penulis mulai berusaha masuk dan berperan serta dalam dunia sastra. Walaupun pada awalnya perempuan penulis masih terkekang oleh tradisi atau aturan yang ada. Akan tetapi, pada saat ini mereka dapat lebih leluasa mengekspresikan ide atau gagasan yang ada. Sebagaimana penulis feminism masa lampau, novelis wanita modern sangat peduli terhadap ketimpangan-ketimpangan antara seni dan cinta, antara pemuasan diri dan tugas (Soenarjati Djajanegara, 2000:48). Hal tersebut mengakibatkan perempuan penulis dapat mengambil tema-tema atau istilah-istilah khusus yang dahulu didominasi oleh penulis laki-laki. Mereka Perempuan penulis menciptakan sebuah karya sastra sesuai dengan perspektifnya yang tentunya berbeda dengan perspektif penulis laki-laki. Secara obyektif kewanitaan mereka menjadi modal penting dalam memasuki ruang-ruang dan peluang yang kosong itu. Secara obyektif signifikansi karya-karya mereka juga terbangun karena telah menggarap persoalan-persoalan yang sebelumnya ditabukan bagi mereka, yaitu wilayah-wilayah pengetahuan, filsafat, dan seksualitas (Sitok Srengenge, 2004:131).
Keunggulan yang dimiliki oleh perempuan penulis terletak pada kesensitivannya dalam masalah yang berkenaan dengan wanita, seperti seksualitas. Dengan sudut pandang seorang wanita, karya sastra yang dihasilkan pastilah mengangkat tema-tema yang dominan disukai oleh mereka. Tema-tema yang banyak dijadikan obyek, yaitu masih berkutat sekitar kehidupan dan pengalaman wanita. Oleh karena itu, novel yang merupakan hasil karya perempuan penulis barangkali lebih diterima oleh para pembaca yang didominasi oleh wanita. Hal tersebut dikarenakan antara penulis dan pembaca memiliki dunia yang sama, yaitu dunia kewanitaan. Lebih lanjut, karya sastra yang dihasilkan barangkali lebih mengutamakan perasaan dan emosi. Kedua hal tersebut adalah sifat khusus yang dimiliki oleh wanita.
Perempuan penulis di Indonesia yang produktif dalam menciptakan karya sastra, antara lain, Fira Basuki, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Oka Rusmini, dan lain-lain. Dalam makalah ini, penulis akan membahas novel Rojak yang merupakan hasil karya Fira Basuki. Fira Basuki lahir di Surabaya pada tanggal 7 Juni 1972. Ibu dari seorang putri yang bernama Syaza Calibria Galang ini pernah bekerja di majalah Dewi dan menjadi kontributor di beberapa media asing, seperti Sunflower, Collegio, dan Morning Sun. Selain itu, alumnus dari Communication Public Relation di Pittsburg State University dan Wichita State University ini juga pernah menjadi pembawa acara pada CAP-3 TV, Pittsburg, Kansas, dan produser paruh waktu di Radio Singapore International. Pada saat ini Fira Basuki menjadi executive contributor di Harper’s Bazaar Indonesia (MRA Media).
Peran sertanya dalam dunia sastra sudah terasah pada saat ia menempuh pendidikan di bangku sekolah. Pada saat di sekolah menengah umum ia sudah menjuarai lomba menulis yang diselenggarakan oleh majalah-majalah, seperti Tempo dan Gadis. Sejak tahun 2001 Fira Basuki mulai aktif menulis novel. Novel pertamanya berjudul Jendela-jendela mengisahkan kehidupan pasangan suami istri dan permasalahan-permasalahan yang muncul didalam rumah-tangganya. Dengan suksesnya novel pertama tersebut, Fira kemudian menulis lanjutan kisah novel Jendela-Jendela dengan meluncurkan novel Pintu yang diterbitkan pada tahun 2002 dan Novel Atap yang diterbitkan pada tahun 2003. Selain itu, novel Biru dan rojak muncul dan menambah koleksi karya sastra yang dihasilkannya. Hampir semua novel-novel yang dihasilkannya mengambil latar tempat di Amerika, Singapura, dan Indonesia karena ia sudah pernah menetap di Negara-negara tersebut sehingga ia dapat mendalami dan mendeskripsikan budaya setempat dengan begitu jelas.
Novel Rojak yang terbit pada tahun 2004 ini mengisahkan seorang perempuan dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh dengan cobaan. Novel tersebut menceritakan terjadinya perkawinan campur antara Janice Wong yang merupakan keturunan Cina yang tinggal di Singapura dan Setyo Putra Hadiningrat yang merupakan keturunan Jawa yang tinggal di Yogyakarta. Perpaduan budaya yang ada dalam perkawinan tersebut menjadi topik yang menarik dalam novel ini. Fira Basuki yang juga sebagai penulis perempuan dapat merangkai kata-kata dalam memaparkan penderitaan dan nasib seorang wanita sesuai dengan pengalaman dan sudut pandangnya. Dengan gaya penulisan yang khas dan penuh dengan pengandaian, novel tersebut menjadi novel yang menarik unutk dibaca. Berbekal pengalamannya bekerja dan menetap di luar negeri, seperti Amerika dan Singapura, ia dapat menggambarkan latar tempat dan suasana budaya dengan sangat jelas. Hal tersebut merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Fira Basuki.
Permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah perpaduan budaya Jawa dan Cina yang terdapat dalam perkawinan campur yang diperankan oleh tokoh-tokoh utama dalam novel ini. Selain itu, hal lain yang perlu dikaji lebih lanjut adalah konflik-konflik yang diakibatkan oleh perkawinan campur tersebut.